Friday, January 1, 2016

Cara Mengirim Tulisan (Puisi/Cerpen/Esai) ke Koran Medan



Merhaba, Guys!  
Jadi, jumat ini, mumpung libur dan mumpung ingettt. Ku akan berbagi seadanya tentang “Cara Mengirim Tulisan (Puisi, Cerpen, dan Esai/Opini/Artikel) ke Koran Medan”



      Harian Waspada (Rubrik Cemerlang)

Nah, rubrik “Cemerlang” ini isi rubriknya PUISI dan CERPEN.

Kalau memang dikira-kira, bahasanya belum berat, masih awal-awal nulis, masih baru suka-suka nulis, Harian Waspada bisa kita jadikan medan buat menggemparkan karya kita. Tapi, Waspada juga masih sering kok nerbiti karya-karya penulis senior :) Hanya saja, Waspada berbaik hati untuk menerbitkan tulisan teman-teman yang meski BARU PERTAMA KALI mengirimkan karyanya. Eits, tapi tetap nggak semua ya. Contohnya, saya. Dan ternyata, kemarin ada hal yang saya lupa. Kelihatannya sepele namun penting syekaleeee.

Saya lupa nulis nama “Rubrik Cemerlang” di subject emailnya. Hrrrrrrr. Ini penting buat redaktur. Karena, dari situlah redaktur tahu tujuan kita kirim email ke beliau. And then, barulah diterbitkan setelah saya tulis “Rubrik Cemerlang” di subjectnya. Itu juga cuma sekali terbit. Tapi, nggak apa-apa. Media lain tentu masih banyak :D

Untuk berperang, tentu kita harus tahu medan perangnya. Nah, insya Allah, di sini akan saya jabarin, saya usahain lengkap, tapi kalau belum puas boleh ditanya langsung ke saya. (Meskipun, saya juga masih proses belajar dan merintis)

Syarat-syarat puisi di Waspada (menurut pengamatan saya) 


Puisinya jangan terlalu panjang. Sebaiknya 5-10 baris. Dan tulisan ke arah kanannya juga jangan terlalu panjang. Berikut contohnya.



Senja Lama tak Dieja
Karya : Aisyah Haura Dika Alsa

Mobil-mobil gerah membikin panjang
Raut-raut payah ditelan pelan petang
Jingga bertebaran, kueja tanpa kawan
Sebab kau tega tinggalkan kota
Lupa bagaimana cara kembali
Hingga senja, lama tak kueja
(Waspada, Minggu, 23 Agustus 2015)

(Berhubung kuota tidak cukup untuk menampung foto korannya, jadi, saya copy paste aja tulisannya yak. Hehe peace.)

Minimal kita mengirimkan 5 judul puisi ke Waspada dan 1 puisi yang diterbitkan. Honor waspada, 1 puisi Rp 15 ribu (Honor di Waspada diambil setelah sebulan terbit, kantornya saya lupa di mana. Maafkeun -_- karena emang belum pernah main-main ke sana. Kali aja, habis baca ini, kita bisa ambil honor bareng #eaaaa. Tapi, tadi baru tanya bapak saya, kantornya di Brigjen Katamso)

Alamat email rubrik Cemerlang Waspada (puisi dan cerpen) : cemerlangwaspada@yahoo.co.id
Subjectnya : Puisi/Cerpen Rubrik Cemerlang Waspada (Kalau mau kirim puisi dan cerpen sekaligus, alangkah indahnya dipisah yak)

Lalu, jangan lupa buat surat pengantar. Kalau kata dosen saya tercinta, Ibu Winarti, mau masuk rumah orang kan pakai permisi dan salam tuh. Nah, sama halnya kalau kita mau kirim email ke redaktur.

Assalamu’alaykum Warohmatullah Wabarokatuh

Yth. Redaktur Cemerlang Waspada

Selamat pagi, Pak.

Saya, Aisyah Haura Dika Alsa, mahasiswi semester V Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMSU mengirimkan tulisan saya ke rubrik yang Bapak pimpin. Saya mengirimkan 5 judul puisi. Karya saya ini belum pernah diterbitkan di media manapun. Besar harapan saya tulisan saya dapat diterbitkan.

Terima kasih atas perhatian Bapak

Wassalamu’alaykum Warohmatullah Wabarokatuh

(Ingat ya, salam ndak boleh disingkat. Masak berbuat baik aja pelit sama huruf :))

Dah, jangan sampe lupa unggah file kita. Lalu, dengan bismilah klik “Kirim” :D

(Surat pengantar ini berlaku untuk setiap media koran, hanya diubah rubrik dan isinya saja, kalau ada versi yang lain, ndak masalah, yang penting tetap sopan)

Nah, kalau cerpen, 2 halaman saja sudah cukup. A4. 12 TNR. No spacing (tanpa spasi) margin normal. Tema bebas. Cara-cara mengirimnya seperti puisi yak ^^
Waspada rubrik cemerlang terbit setiap minggu. Nggak rugi kok, uang jajan dibelikan koran yang Rp 3 ribu ^^

 Harian Mimbar Umum

Sebenarnya, Mimbar Umum, Waspada, Analisa dan Medan Bisnis, umunya memuat jenis tulisan yang sama, yakni Opini, Puisi dan Cerpen. Hanya saja, belum semua rubrik saya coba.

Nah, di mimbar umum ini, tulisan saya pernah dimuat, di rubrik opini, pendidikan, dakwah, dan budaya. Opini >> senin-kamis, pendidikan >> selasa, wisata >> kamis, dakwah >> jumat, budaya >> sabtu.

Di Mimbar Umum, rubrik opini, pendidikan, dakwah, budaya tentu sama-sama memuat artikel. Hanya saja, temanya yang berbeda. Tema sesuai nama rubrik.

Alamat email rubrik opini >> mimbarumum@yahoo.com
Alamat email rubrik pendidikan, wisata, budaya, puisi, dan cerpen >> suyadisan@yahoo.com
Alamat rubrik dakwah >> mimbarjumat@yahoo.com

Artikel/Esai/Opini >>> 1.5 / 2 halaman no spacing margin normal A4 12 TNR

Honor di Mimbar Umum sepertinya tidak ada, hanya saja bagi mahasiswa UMSU, alumni UMSU dan dosen UMSU bisa mencairkan honor di UMSU.

Di akhir tulisan buat ctrl R, ctrl I and ctrl B dengan kalimat pengenal di bawah ini sebagai syarat mengambil honor tulisan di UMSU. Buat ambil honor di UMSU tidak lebih dari 20 hari ya :)

Contoh >> (Penulis adalah mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMSU)




      Harian Medan Bisnis (Rubrik Art and Culture)


Nah, inilah media cetak yang pertama kali menampung puisi dan cerpen saya :D kalau opini, belum pernah nyoba.

Harian Medan Bisnis termasuk koran yang menerangkan di korannya dengan cukup jelas syarat mengirim tulisan ke medianya. Makanya, saya berani nyoba-nyoba kirim. Waktu itu nanya sama senior belum pede hahaha. Kalau cerpen nunggu 10 bulan, tapi alhamdulillah puisi saya cukup ngirim dua kali di minggu kedua langsung diterbiti. Ada juga teman yang nggak terbit-terbit ngirim ke sini. Maka dari itu, kita harus tahu selera masing-masing redaktur.

Ya, caranya dengan beli korannya. Tapi, karena saya tahu, jarang sekali anak muda yang baca koran, jadi saya kasih informasi yang tak seberapa ini di sini.

Kalau saya amati, redaktur Art n Culture senang dengan puisi yang jenis naratif. Nah, buat teman yang suka nulis puisi naratif bisa dicoba kemari..

Kata pengantarnya tetap sama yak namun rubriknya jangan lupa diganti.

Nah, ini saya copypaste dari korannya langsung.

Pengiriman karya melalui email :


Puisi minimal 6 judul sekali pengiriman, cerpen maksimal 7.000 karakter, artikel/esai seni budaya 5.000 – 7.000 karakter. Puisi dan cerpen dilengkapi biodata singkat serta foto diri. Gambar/foto dikirim dengan format JPEG.

Mungkin buat akhwat yang jarang mampang foto agak gimana gitu kalau ngirim ke koran juga disertai foto. Kalau menurut saya, nggak usah pakai foto. Siapa tahu karena puisinya keren, redaktur tetap masukin tulisannya :D (saya sudah beberapa kali terbit tanpa foto kok XD)

Honor cerpen Rp 35 ribu dan honor 1 judul puisi Rp 20 ribu (puisi dimuat tidak menentu berapa banyak, tergantung selera redaktur) Dan mengambil honor di kantornya Medan Bisnis di jalan S. Parman, sebulan setelah karya terbit.  
Korannya juga terbit setiap minggu, harganya Rp 2500
Begini contoh puisinya,

Tidakkah Kau Rindu

Karya : Aisyah Haura Dika Alsa


 Tidakkah kau rindu?

Kepada senja dan berisik roda

Atau pada kayuh yang menuju aku

Atau pada apa saja yang telah hilang digarang kenang

Yang diimani waktu kini adalah elegi; tentang kita dibalik jeruji

Serupa menghayati kepergian seseorang di berita malang

Sejumput tertinggal, yang banyak tanggal, dijemput kematian

Kita tak perlu bersenandung bersama melayat lalu, biarlah direbah waktu

Pun mimpiku telah lama tiadamu

Tidakkah kau rindu? Tentu rindu

Aku? Tidak.
(Minggu, Harian Medan Bisnis) – Lupa tanggalnya T.T



(Medan Bisnis sudah tidak membuka rubrik Art n Culture lagi)
 

Nah, coba bedain deh. Bedakan bentuk puisi di Medan Bisnis dan Waspada. Medan Bisnis lebih panjang. Dan memang, menurut saya, redakturnya senang dengan puisi jenis naratif. Oh iya, di Medan Bisnis, bisa kok pakai judul Aisyah#1 Aisyah#2. Misal, puisi kamu panjang banget, kan kalau mau dikirim ke koran ada batas panjangnya. Jadi, dipotong sahaja menjadi seperti itu. Penulis yang diuntungi, karena kan perjudul ada harganya ^^

      Harian Analisa  

Meskipun kamu penulis pemula, kalau dirasa tulisannya sudah cukup bagus dan bisa membuat sajak a-b-a-b, nggak ada salahnya buat nyoba di Analisa.

Di analisa, ku juga harus jatuh bangun dan ku juga harus jadi penulis yang keras kepala buat karyanya diterbitkan di koran ini~

Di kampus UMSU tercinta untuk mengambil honor tak dibolehkan memakai nama pena. Harus lengkap nama asli. Dan pernah juga ngirim tulisan lagi ke Medan Bisnis namun pakai “Haura Alsa” eh, nggak taunya, redakturnya tetap buat nama saya “Aisyah Haura Dika Alsa”. Jadi makin nggak pede buat pakai nama pena hahaha..

Alhasil, untuk ke Analisa, saya harus berjuang lagi. Bukan sebagai “Haura Alsa” namun dengan nama lengkap saya. Padahal, redakturnya sudah mengenal “Haura Alsa”. Ya, tak ape-apelah.. Pembelajaran buat Man Teman, harus konsisten dengan nama untuk dunia kepenulisan :)

Di Analisa, beginian dipakai kok >> Aisyah #1 Aisyah #2. Umumnya, puisi di media cetak yang ada di tulisan saya ini, kebanyakan yang satu bait sahaja. Tapi, kalau mau kirim dua bait, ya monggo ae ^^

Puisi ke Analisa minimal 6 judul puisi dan cerpen minimal 2 halaman A4 12 TNR margin normal tanpa spasi dan tema bebas (menurut hemat saya)

Subject : Rubrik Puisi/Cerpen Analisa Rabu

Alamat email : rajabatak@yahoo.com (Analisa Hari Minggu)

Catatan : di Analisa insya Allah biar dilirik redaktur gunakanlah sajak a-b-a-b atau a-a-a-a



Lelaki yang Kini Dingin

Karya : Haura Alsa



Aku berdiri menunggu kesaksian hujan

Setelah gerimis patah mengalah,

Pada bulir-bulir yang pecah ke tanah

Pada bau wangi dingin yang kini menjelma lain

Aku hantarkan, bahwa kau semirip musim

Yang kini bermukim
(Analisa, Rabu, 18 Februari 2015)


Lalu, cerpen anak. Nah, cerpen anak ini terbitnya hari minggu rubrik Taman Riang dengan redaktur yang berbeda, cernak minimal 1 halaman 12 TNR A4 tanpa spasi.

Honor bisa diambil sehari setelah karya terbit, kantornya di jalan Ahmad Yani di dekat lapangan merdeka. Honor di Analisa 1 judul puisi Rp 25 ribu, biasa yang diterbitkan 4 puisi. Jadi total Rp 100 ribu. Honor cernak, 1 judul Rp 50/75 ribu. Honor cerpen Analisa Rabu Rp 100 ribu, honor cerpen Analisa Minggu Rp 150 ribu. Dan untuk melihat tulisan kita terbit atau nggak, kita bisa lihat di laman analisa harian.analisadaily.com
Menurut saya, nggak salah kalau kita sambil nulis sambil cari uang. Apalagi posisinya yang seperti saya ini, karena syarat beasiswa saya ndak dibolehin kerja; takut ganggu kuliah. Namun, kebutuhan juga tidak sedikit dan nggak tega juga ngerengek sama orang tua soal uang jajan. Alhasil, harus bisa cari sendiri. Alhamdulillah, Allaah selalu kasih jalan, asal doa dan usaha dong ya. Meski, sesekali masih minta, lihat gimana keadaan orang tua sahajalah :D  

Yang pasti, nggak dilupain kualitas kita dalam menulis, jangan mau honornya saja tapi tak mau membuat karya kita bermanfaat untuk dunia apalagi untuk akhirat :))) Yang jelas, kuantitasnya dulu dibanyakin, seiring berjalannya waktu, kualitas bakal ngikutin. 

And, I’m so happy for doing this. Karena menulis adalah cara saya membahagiakan hidup saya. Jadi, dari hobi ke profesi hehe ya, mudah-mudahan bisa beneran jadi profesi menulis ini. Aamiin ya Allaah..

Nah, buat yang udah punya banyak pengalaman nulis di koran atau di mana saja, jangan pernah cuek bebek kalau ditanya-tanya. Coba bayangin kamu ada di posisi yang nanya, pasti kamu sakit hati jugakan kalau dicuekin. Ingatlah, musuh atau saingan itu bukan orang lain. Malah orang lain, bisa dijadikan teman untuk pembelajaran. Musuh yang paling nyata adalah diri kita sendiri (read : kemalasan) dan tak lupa juga bapak/ibu redaktur heuheuhe.. karena kita emang harus bisa buat redaktur klepek-klepek sama tulisan kita. Jangan pandainya, anak orang aja yang dibuat klepek-klepek. Apalagi kalau belum halal :p malu sama kucing dong meong meong meong :p

Untuk penulis pemula, jangan pernah malu dan nggak percaya diri buat ngirim karyanya ke koran. Dan buat yang udah ngirim ke koran, tapi belum juga terbit, jangan pernah nyerah. So simply statement emang. Tapi dampaknya luar biasa kalau kita mau terus nyoba meski masih gagal. Banyakin nanya sama yang udah pengalaman karyanya terbit. Banyakin baca dan latihan nulis juga.

Kalau ditolak terus, berarti kita harus intropeksi karya kita. Pasti ada yang masih kurang. Nah, sambil muhasabah karya sambil terus kirim ke media dengan tulisan yang berbeda dari sebelumnya pastinya. Tunjuki sama redaktur, kalau kamu nggak nyerah buat nyoba dan tulisan kamu layak diterbitkan. Dan, biarlah penolakan bapak redaktur menjadi makanan setiap minggu. Hahaha. Oke. Ini curhat.   

Karena, penulis hebat di luar sana, sekelas Tere Liye;abang guehhh (nggak boleh ngamuk), Habiburrahaman El-Shirazy dan lainya, juga pernah ngalami penolakan terhadap karya-karyanya. Kalau mereka menyerah sekali atau menyerah di kali kedua, apa karya mereka bisa kita baca seperti sekarang? Nah, selamat mencoba! :)


59 comments:

  1. Halo Kak, salam kenal. Saya Dea. Saya mau tanya kak, gimana cara pencairan honor cerpen Analisa? Saya domisili Jakarta. Saya bisa kontak ke CP yang mana ya Kak? Makasih sebelumnya :)

    ReplyDelete
  2. Salam kenal, Dea. Monggo ngobrol di inbox facebook saya, Aisyah Haura Dika Alsa :) Kalau domisili luar Medan, saya kurang tahu bagaimana pengambilan honornya. Biasanya saya langsung ambil ke kantornya :) Tapi, insya Allaah nanti akan saya tanya ke dosen saya ya ^^

    ReplyDelete
  3. Terimakasih, sangat membantu. Semoga kita bisa ketemu di dalam karya ☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Zahra Rani, terima kasih juga sudah berkunjung ke sini. Sampai bertemu juga. Selalu semangat menulis buat kita ya!^^

      Delete
  4. Salam kenal kak, saya eva huehehe saya juga mahasiswi umsu kak baru semester 3 sih.. serius tulisan kakak ini menginspirasi banget, saya hobi nulis puisi tapi belum berani post ke koran, karna tulisan kkk insyaallah akan saya beranikan diri, kakak semester berapa kak? Pengen kenalan sama kakak hehe oya ada 1 bait kalimat kakak diatas yg bener bner luar biasa saya izin post di bbm saya kk dengan menyertakan nama kakak tentunya.. sekali lagi terimakasih banyak kk;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Dek Eva, adik kelas. Salam kenal juga ^^ Wah, terima kasih sudah berkunjung. Jangan malu-malu kirim karya ke media cetak ya.
      Duh, malu kalau ditanya semester, kakaknya baru beranjak ke semester tua. Mari kita berkenalan! ^^

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  5. maaf kak, kalau boleh saya mau nanya; kalau mengirim puisi ke Analisa dan penulis ada di luar Sumatera, apakah honor akan ditransfer redaksi ke rekening si penulis?
    mohon penjelasannya, kak.
    terima kasih banyak

    ReplyDelete
  6. Sepertinya tidak. Karena saya selalu ambil sendiri di kantornya. Tapi, boleh kok diambilkan oleh orang lain. Orang kepercayaan kamu di medan ini misalnya, entah teman, saudara, atau yg lainnya. dengan membawa surat pengantar yang ditandangi sama kamu sertakan juga scan fotocopy kamu :) semoga membantu ya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. trims, kak atas infonya. Bermanfaat sekali. Insyaallah nanti saya coba kirim ke Analisa kalau puisix dah siap. Oh iya, saya pernah baca puisi kakak yg judulx "Bau Elegi", "Rindu Lelaki Daunan"dll. Bagus, kak, diksix cukup rapi & terjaga.

      Kalau boleh saran, ada baikx kakak meliarkan diksi & imajinasi, biar puisix lebih expresif & beda (bisa belajar dari puisi Soni Farid Maulana, Irma Agryanti, D Zawawi Imron, Sutardji C. Bachri dll)

      salam ^^

      Delete
    2. Oh iya? baca di mana? Terima kasih sarannya ya :)

      Delete
    3. epaper Analisa 22 Juni kemaren kak.

      Delete
  7. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  9. makasih ya kak infonya, alhamdulillah ngebantu sekalii, salam kenal ya kak

    ReplyDelete
  10. halo kak.... kalau sudah ngirim, ada pemberitahuan diterima atau nggak diterima kah?
    soalnya saya sudah kirim tapi tidak ada konfirmasi sama sekali.
    makasih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau koran Medan setahu saya tidak ada. Dan kalaupun itu diberitahu, jarang sekali. Biasanya, redaktur kenal dekat dengan penulis itu. Kalau pengalaman saya pribadi, hanya sekali diberi tahu. Itupun, karena redakturnya dosen saya sendiri. Sebaiknya di cek saja di korannya langsung atau biar murah cek di situs atau epapernya :)

      Delete
  11. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  12. Hai kak Aisya, iseng" serching tulisan kk sangat menginspirasi.
    Ohya kak, jenis tulisan puisi itu umumnya TNS 12 kah?
    Atau setiap jenis koran beda beda?

    ReplyDelete
  13. Hai Indah, menurut pengamatan saya, TNR 12 itu sudah menjadi standarisasi ukuran tulisan resmi. Jadi, baiknya memang 12 TNR.

    ReplyDelete
  14. assalamualaikum kak... klo udah ngrim gmna cara ngambil honornya kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Ratma, ditunggu dulu karyanya terbit atau nggak lalu ambil honor langsung ke kantornya. Bawa KTP saja dan beri surat pengantar yang berisi tulisan kita yang sudah terbit yang akan diambil honornya.

      Delete
  15. kak...aku juga mau ngirim cerpen yg judulnya MOLOVA bantu dunk kak. aku mahasiswa piloteknik negeri medan jurusan akuntansi semester 2.

    ReplyDelete
  16. Hallo kaka salam kenal, mau tanya nih kak. Untuk surat pengantar itu diketiknya di file sendiri atau gabung sama puisinya. Teruskan kak untuk format penulisan surat pengantarnya ada gak kak.

    Terimakasih

    ReplyDelete
  17. Halo, Khairani, salam kenal juga. Kalau saya biasanya, diletak di badan email surat pengantarnya. Dan menurut saya lebih efektif ditaruh di badan email daripada dipisah di file lain. Namun, kalau memang tidak mau di badan email, sebaiknya, memang dipisah dari tulisan yang akan dikirim agar rapi. Formatnya sederhana saja tidak masalah asal sopan dan detail. Saya biasanya memakai format yang sudah saya jabarkan di atas. Semoga membantu ya, Khairani :)

    ReplyDelete
  18. Hallo Aisyah, salam kenal.
    Boleh kasih list koran yang menerima artikel gak? Duhhh, dpt tugas dari kampus yg dikirim harus artikel nih.

    ReplyDelete
  19. Rata-rata koran menerima artikel seperti Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Mimbar Umum

    ReplyDelete
  20. Hallo ayu, salam kenal juga :)
    Rata-rata koran menerima artikel, seperti Analisa, Waspada, Medan Bisnis, dan Mimbar Umum :)

    ReplyDelete
  21. Biodata nya apa" aja ya kak yg di sertakan ?

    ReplyDelete
  22. halo kak.Kalo kita cantumkan no rekening tanpa harus dtg ke kantor buat ambil honornya bisa gak kak? terutama di koran analisa

    ReplyDelete
  23. Permisi sebelumnya kak. Apakah email redaksi analisa masih tetap sama seperti postingan di atas? Atau sudah berubah?

    ReplyDelete
  24. Assalamu'alaykum kak, sebelumnya terima kasih tulisannya sangat membantu. kak mw tanya, untuk pengiriman karya kita setelah itu ada biaya yg harus dibayarkan kak? aku denger kalau kita ngirim ke surat kabar ada biaya nya. mohon penjelasannya kak. makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. sejauh ini, saya hanya mengeluarkan biaya internet untuk mengirimkan tulisan ke redaktur melalui email. bisa juga gratis kalau ada wifi :)

      Delete
  25. Assalamu'alaikum mbak, saya baru pertama kali ngirim artikel ke rubrik harian analisa, dan saya baru tau kalau tulisan saya diterima setelah 3 minggu dari tanggal terbit. Kira-kira saya masih bisa ngambil honornya gak? Kalau honor menulis di analisa kita ambil setelah beberapa tulisan kita terbit bisa gak ya? Jadi kita ambilnya setelah terkumpul banyak honornya. Terimakasih mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cara ngirim opini ke analisa gimana ya? Mohon penjelasannya

      Delete
  26. WA'ALAYKUMUSSALAM.. ambilnya waktu tulisnnya sudah banyak saja yg terbit. biar ga bolak balik ke kantornya. intinya, harus tetap nulis hehe..

    ReplyDelete
  27. kak saya mau tanya. kalau tulisan nya di muat di cemerlang waspada. ada di kabarin atau tidak ya kak ?

    ReplyDelete
  28. hey, kalau mengirim opini di mimbar umum subjeknya gimana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Opini 'nama rubrik', misal, opini mimbar islam. untuk opini di hari jumat

      Delete
  29. Halo kak.selamat sore.saya sangat berterimakasih atas ilmu dan informasi yang sudah kakak berikan.saya mau bertanya bagaimana cara saya yang masih pemula untuk mengirimkan hasil karya saya ke analisa atau media lain kak? terimakasih.๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga. Umumnya sama saja baik pemula dan yang sudah berpengalaman cara mengirimnya. Ada di tulisan saya ini.

      Delete
  30. Terimakasih informasinya, sangat berguna ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  31. Assalamu'alaikum kk..
    salam kenal kkk, sy mau nny nih, kalau karya kita sudah dikirim, apa ada pemberitahuan itu diterbitkan atau tdk ya kk?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wa'alaykumussalam warohmatullah.. tidak ada pemberitahuan. kita sendiri yang cek ke korannya atau epapernya.

      Delete
  32. Terima kasih iformasi nya,benar benar sangat membantu orang diluar sana yang ingin menunjukkan/menerbitkan karyanya ke orang banyak

    ReplyDelete
  33. Thanks kak, tulisan kakak sangat menginspirasi saya untuk lebih berkarya. Saya jg sangat gemar buat puisi ,tapi tidak pernah terpikirkan kirim ke analisa. Tanya ya kak, sekali kirim memang harus 6 puisi ya?

    ReplyDelete
  34. Terimakasih kak atas penjelasannya, saya ingin tanya-tanya ke kakak, selain facebook ada lagi media sosial kakak yang lain? Saya ingin bertanya ke kakak karena kebetulan saya juga berdomisili di kota medan.

    ReplyDelete
  35. Sore kak...
    Saya kan sudah mengirim puisi saya lewat email ke waspada cemerlang pd tgl 22 september 2019.
    Jd gni kak saya masiswa unimed semester 1 jd saya masih belum mengenal daerah medan.klw blh tau dimana bisa saya dapat kan koran waspada cemerlang itu ya kak.?

    ReplyDelete
  36. hai kak salam kenanl sesama penulis muda hehe
    btw aku mau nanya kak, kaka dulu ngecek karya puisi kaka dh terbit itu setiap hari atau di akhir pekan aja ya ? mengingat kejelasan kaka di atas bahwasanya pihak redaksi tidak menginfokan klau karya kita diterbitkan. Mohon penjelasannya kak .

    ReplyDelete
  37. Hallo kak,, maksudnya no spacing apa ya ka?
    Apakah dalam penulisan kita tanpa spasi kak?

    ReplyDelete