Oke. Ini emang udah tengah malam. Meskipun, jam di blog ini nggak sesuai dengan jam di hape daku wkwkkw
Em, jadi begini, hanya ingin berbagi sedikit sebelum tidur, soalnya laptop lagi ngambek. Ndak bisa diajak untuk melampiaskan hasrat yang ada di kepala saya ini. Hi. Kok bahasanya jadi horror gini -_- baik. Maafkeun.
Jadi, saya pusing sendiri, banyak sekali ide tulisan. Namun apalah daya. Semoga besok kalau udah dikasi "coklat" laptopnya nggak ngambek lagi.
Tadi untuk kedua kalinya barusan menamatkan novel Rindu bang Tere. Jadi, 4 hari ini liburan bacanya ya itu. Ku harap, catatan binder nggak envy, karena kan harusnya dia yang dibaca -_- besok masih UAS, Men :')
Ya, sebenarnya, ada dasarnya juga kenapa ngulang lagi baca novel Rindu, sebab kubutuh bahan tulisan untuk esai selanjutnya. Dan ternyata, banyak yang bisa dikaji dari tulisan keren abang gue ini :)))) Ya, kuingin bapak redaktur yang belum pernah saya main-main ke rubriknya ini, nggak nolak esai yang insya Allah akan saya rampungi. Aamiin ^^
Banyak sekali hikmah yang bisa didapat kalau kita baca berulang-ulang buku-buku hebat. Karena memang jujur, di otak saya ini, kalau pertama kali baca novel udah penasaran sama alur kisahnya duluan. Penasaran tokoh-tokohnya gimana, penasaran jalan ceritanya gimana, konfliknya apa, dan endingnya apalagi. Dan apalaginya, ini tuh tulisan bang Tere Liye yang jago sekali menyimpan kejutan-kejutan. Apalah dayaku, benar-benar nggak mau diganggu rasanya sampai akhir cerita selesai.
Dan kekurangan dari 'penasaran banget sama ending dan keseluruhan yang mengawalinya', sampai-sampai bisa melupakan dan melalaikan banyak hal. Memang, sewaktu membaca kita juga dapat nasihatnya. Tapi, oke lagi-lagi saya jujur. Membaca pertama kali, itu adalah nafsu. Saya penasaran sekali dengan racikan kisah yang disajikan yang siap saya santap. Jadi, fokus utamanya ya ke itu. Makanya, ada nasehat yang bijak sekali. Islam tidak mengenal jatuh cinta pada pandangan pertama. Sebab, itu tidak lebih dari nafsu belaka. Karena, cinta itu ditempah dengan waktu yang kita tidak kuasa untuk menentukannya. Yaelah, ini bahasanya kayak udah mau walimahan ajaaa T.T Jodohnya masih on the way, BROHHH!!!
Nah, ada nggak sih yang pernah ngalamin juga? :D
Jadi, keluarlah kalimat saya, "Percayalah, buku yang hebat tidak cukup dibaca hanya sekali".
Sebelumnya, saya mengulang tiga kali membaca novel 'Rembulan Tenggelam di Wajahmu'nya bang Tere. Dan sering juga mengulang, novel-novelnya Kang Abik. Seperti Ayat-ayat Cintanya dan Ketika Cinta Bertasbih.
Saya merasa perlu untuk membacanya kembali. Apalagi, untuk dijadikan bahan tulisan serta bahan proposal dan skripsi saya insya Allah nggak jauh2 juga dengan beginian.
Karena begini pengalaman saya, ketika misalnya, saya pertama kali membaca Ayat-ayat Cinta-nya kang Abik, ilmu saya masih dangkal sekali dengan keseluruh kisah dan pesan yang disampaikan kang Abik dalam cerita itu. Ya iyalah jelas, jauhhhhh banget. Saya masih status anak sekolah (waku itu) By the way, fyi aja, zaman sekolah saya belum suka baca karya bang Tere, yang sampai hari ini, bang Terelah satu-satunya penulis favorit saya. Pertama kali baca tulisan bang Tere, saya sempat bergumam, "Novel apa ini. Kok gini kali bahasanya" Ya, maklumlah, otak gue masih dangkal bener waktu itu, meski ya sekarang yaaa masih dangkal~ -_- Tapi ya syukurlah, setidaknya saya nggak nafsu belaka soalnya nggak jatuh cinta pada 'bacaan' pertama kali hahaha...
Oke lanjut lagi, sedangkan kang Abik ya tau sendirilah beliau hebatnya kayak gimana. Lulusan Kairo, penulis best seller dan seterusnya..
And then, waktu terus berjalan, saya ketemu lagi dengan novel kang Abik dan novelnya kayak nyapa saya gitu. Dia bilang kangen, bilang rindu ke saya karena lama nggak jumpa. Ya, apalah daya, novelnya minta dibaca lagi hehe..
Jadi, saya baca untuk kedua kalinya, dan eng ing.. Hasilnya beda! Apa bedanya, bukannya sama aja ya? Kan novel AAC kang Abik nggak ada revisinya?
Mijn vriend, (Sesekali manggilnya pake bahasa Belanda. Efek novel Rindunya ini) bukan novelnya yang berubah. Tapi, pemahaman pikiran sayalah yang berubah. Apalagi, semakin matang usia insya Allah semakin matang pula pemikiran, ditambah dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang sudah diserap. Alhasil, menyebabkan apa-apa yang dulunya saya lewatkan dan lalaikan dari kisah dan pesan novel AACnya kang Abik-karena alasan ilmu saya belum sampai ke situ. Pengetahuan saya yang baru, ngerasa 'klik' dengan tulisan yang ada di novel kang Abik itu.
Nah, inilah yang membuat saya merasa penting sekali membaca ulang sebuah buku hebat. Tidak cukup hanya sekali.
Misalnya gini deh, saya sederhanain dengan contoh.
Saya sudah membaca Ayat-ayat Cintanya kang Abik waktu zaman sekolah. Di dalam novel AAC ini, ada di cantumin nama Badiuzzaman Said Nursi. Ya, saya ini apalah dulu waktu zaman sekolah. Malas bener baca buku sejarah. Tidaklah saya tahu siapa Badiuzzaman Said Nursi itu, bahkan saya lupa dan tak tahu menahu bahwa kang Abik mencantumkan ulama Turki hebat penyebar tauhid itu di AAC. Then, di zaman kuliah, saya baca Api Tauhid. Nah, novel karya kang Abik yang satu ini (Api Tauhid) memang membahas biografi Badiuzzaman Said Nursi.
Jadi, jika saya "membaca ulang" novel AAC maka ketika sampai pada paragraf tentang "Badiuzzaman Said Nursi" otak saya atau pengetahuan saya bisa nyambung dan 'klik' dengan itu, kan? Karena, saya sudah tahu siapa Badiuzzaman Said Nursi itu.
Hikmahnya, buku-buku itu memang saling menghubungkan satu sama lain. Dan beruntunglah, orang-orang yang tidak hanya berkutat di satu atau dua genre buku. Nah, kalau yang ini, saya memang belum melakukannya. Namun, saya sudah memiliki ketertarikan untuk membaca buku genre apa saja. Yang membawa dampak yang baik pastinya. Biar bisa kayak bang Tere yang bahan bacaannya, kuyakin ada puluhan genre :D
Jadi, menurut hemat saya, nggak salah dan nggak buang-buang waktu kok kalau kita mengulang sekali atau dua kali lagi sebuah buku/novel. Karena, ada yang ingin saya tekankan juga di sini, untuk diri saya sendiri terutama dan untuk pembaca khususnya, membaca novel itu jangan dan dilarang sekali hanya mengejar kisahnya, apalagi anak muda, maunya ngejer kisah cintanya doang -_- namun dalamilah nasihat yang telah rapi tersusun di novel itu. Dan juga, buat muslim dan muslimah, janganlah girang sekali dengan tulisan genre Barat yang kisah cintanya menodai identitas kita sendiri sebagai muslim dan muslimah. Kisah percintaan yang mendekatkan pada zina, pacaran dan sejenisnya. Yang sama sekali tidak ada nilai religius atau nilai akhiratnya. Dan untuk penulis muslim dan muslimah, saya harap, kita bisa sama-sama menuliskan kisah fiksi yang sesuai dengan jati diri kita dan identitas kita.
Back to the laptop, apalagi, buku itu memang sarat pengetahuan, pemahaman dan nasehat yang bagus sekali untuk gizi akal dan hati. Kecuali, memang daya ingatmu bagus sekali, membaca dengan detail sekali, meski hanya sekali baca. Ya, itu jelas berbeda. Ini hanya untuk kemampuan orang rata-rata seperti saya ini.
And the last, pesan terakhirnya yang ingin saya sampaikan, membaca bukan hanya untuk nilaimu lebih baik dan bagus di sekolah. Tapi, membaca juga untuk menaikkan 'nilai' akhlakmu di mata Allaah, membaca bisa semakin membuatmu merasa takut pada Pencipta. Semakin banyak membaca, semakin sadarlah, kita nggak ada apa-apanya. Jadi, banyak membacalah. Itu bisa mengikiskan rasa berbangga diri kita yang mungkin ada.
Baiklah, Spasiba Balshoi sudah membaca sampai akhir. Selamat malam eh selamat dini hari ._. Semoga bermanfaat :)
Senin, 4 Januari 2016 - 01:24 Waktu Indonesia Bagian Ngantuk
No comments:
Post a Comment