Aku
akan bahas sedikit tipe-tipe jomblo. Bagi sebagian orang, kata jomblo itu kata yang membuat hati
terbelah-terbelah, mudah sensitif, galau, merana, lelah, letih, lesu, lunglai,
haelah nggak segitunya juga kali ya..
Dan buat beberapa orang, kata jomblo ituuuu, julukan yang nggak boleh ada padanya, pokoknya nggak boleh jomblo, pokoknya harus ada pasar eh pacar maksudnya, buat mereka ini, jomblo itu ngenes, nggak ada yang perhatian, nggak ada yang ngesms-in, nggak ada yang ngingeti makan, minum, mandi, shalat, tidur, belajar, plisss deh ah -____-
Dan buat sebagian yang lain, jomblo itu waktu yang tepat buat muhasabah diri, memperbaiki diri, berkarya, banyak beribadah, dan berbakti pada orang tua. Tipe jomblo yang terakhir ini, udah mulai banyak kok ya alhamdulillaah, seiring dengan banyaknya penulis yang peduli terhadap muda-mudi yang ‘gila’ cinta. Jadi, muda-mudi ini mungkin pernah pacaran then sakit hati or apalah dan akhirnya mikir, nggak ada guna dan nggak ada manfaatnya pacaran. Cuma buang-buang waktu, buang duit, buang masa muda, buang pahala, buang angin eh bukan ya? Salah satu penulis yang getol bener nulis tentang bullshitnya pacaran adalah bang Tere Liye, yang notabene, the only one of my fav fiction author.
Di tulisan ini, tujuan aku bukan buat mengklasifikan tipe-tipe jomblo secara lebih detail, itu sebagai paragraf pembuka saja. Sesuai dengan judul tulisanku di atas, aku cuma mau ngingetin sih, ke diriku ya terutama, dan ke pembaca. Aku cuma mau berbagi sedikit aja tentang ‘mock = mengejek’ jomblo itu. Tentu saja aku bukan ingin menghakimi orang lain, tapi menghakimi diriku sendiri.
Minggu yang lalu, aku pernah buat status gitu di fb, di fb ada status kenanganku satu tahun yang lalu tentang cerpen anakku yang terbit di salah satu media cetak kota Medan. Jadi, cernak (cerpen anak) itu judulnya, “Ramadan di Rumah Nenek”, ya pokoknya tentang cerita anak-anaklah. Terus aku komentari kira-kira begini,
“Kamu? Sudah Ramadan di rumah mertua?
Eh,
maaf, Mblo
Cuma
bercanda kok” Lalu, aku bagikan.
Serius, komentar di atas, itu aku niatkan emang cuma bahan candaan doang. Candaan yang ngejek diriku sendiri dan beberapa teman-teman seusiaku yang masih jomblo tentunya ya.
Beberapa hari kemudian, aku mulai berpikir, kok kayaknya nggak pantes ya. Okelah niatku nggak ada nyinggung orang lain. Cuma buat bahan candaan diri sendiri. Tapi, kayaknya kok ga pantes ya. Terlebih lagi, kalau ada yang bener-bener merasa “diejek” dengan komentarku tersebut. Ya Allah, berarti aku belum bisa menjaga tulisanku. Jadi, aku hapus segera. Aku ngerasa, itu kalimat bener-bener nggak layak dilontarkan.
Karena yah, nyari jodoh itu mungkin bagi sebagian orang nggak mudah. Mungkin, dia udah berusaha berkali-kali, lantas gagal berkali-kali. Dan dia harus membangkitkan semangatnya lagi buat ‘percaya’ diri nyari jodoh lagi. Karena, penolakan tentu saja membuatnya menjadi kurang percaya diri. Ya manusiawilah.
Atau ada seseorang yang pengeeeennn bener nikah, hanya saja, karena dia punya trauma yang cukup dalam tentang pernikahan, entah itu karena keluarganya yang broken home, atau maaf pernah mendapatkan pelecehan seksual, atau pernah pacaran, dan disakiti banget sama pacarnya itu (yang ini ya salah sendiri ya, harusnya memang tidak pacaran, tapi alhamdulillah kalau sudah taubat) Dan dia harus berjuang, melawan trauma yang ada dalam dirinya, untuk percaya, bahwa pernikahannya nanti nggak akan seperti itu. Apalagi, jika dimulai dengan niat dan cara yang baik, yakni taaruf yang sesuai sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Atau ada kekurangannya yang buat dia nggak percaya diri dan akhirnya sulit membuatnya untuk menjalin keseriusan dengan lawan jenis :’(
Mereka ini, mungkin kalau lihat komentarku yang tadi itu, mungkin benci benerrrr yak -____- Maafin ya, kalau komentar tersebut, mungkin pernah ada membuat sakit hati dari kalian. Meskipun nggak diniatin buat nyakiti kalian, tapi tetap aja komentarku itu memang nggak layak :’’’’( So, aku tulis ini buat minta maaf sekalian. Mungkin untuk teman-teman seusiaku, masalah kejombloan itu bukan masalah serius. Yah, baru-baru tamat kuliah, ada yang sibuk kerja, ada yang sibuk lanjut s2, mungkin hanya sebagian kecil yang berpikir untuk segera menikah. Nah, gimana kalau perempuan yang usianya sudah lebih dari 28 tahun dan laki-laki yang usianya sudah lebih dari 35, masalah jomblo itu, udah masalah yang serius ya kayaknya buat mereka. Dan, di beranda fbku tentu saja nggak hanya anak-anak seusiaku yang ada, tapi ada juga yang lebih tua. Kudu belajar menjaga perasaan yahhh :’’)
Bener emang kata orang-orang yang bijak, jomblo itu bukan buat diejekin, dibully, or diapalah, tapi buat disemangatin menikah. Karena menikah itu kalau kata guru agama SMAku, pak Legiono –semoga Allaah mengampuni dosa-dosa beliau dan melapangkan kubur beliau–, nikah itu, enaknya 1%, 99 %-nya enak banget. Hehehe kami yang waktu itu menyimaknya pun terkekeh-kekeh.
Buat sebagian orang, mencari jodoh itu, susah-susah gampang (kalau udah jodohnya gampang aja biasanya, lancar aja gitu, ini kata orang tua yak dan kata mereka yang sudah menikah)
Jadi,
jangan dicontoh ya apa yang pernah aku buat. Kita sesama jomblo semoga mendapat
pasangan yang bertaqwa dan taat kepada Allaah subhana wata’ala dan Rasulullah
shalalallahu ‘alaihi wassalam. Karena, kalau udah taat sama Allaah dan
Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wassalam, aman deh rumah tangganya insya Allaah.
Dan buat yang sudah menikah, semoga Allaah terus meletakkan rasa cinta dan
kasih sayang di hatinya dan dihati pasangannya, semoga bisa terus bersama-sama
sampai jannah aamiin.. Dan buat kamu yang masih pacaran, kamu sebenarnya udah
tahu pacaran itu haram, nggak boleh, dan belum tentu juga jadi jodoh, semoga
Allaah memudahkanmu untuk memutuskan pacarmu dan kembali mengharap cintaNya
saja. Jomblo di jalan Allaah itu mulia tapi lebih mulia lagi kalau siap nikah
muda hehe..
Ditulis
oleh Aisyah Haura Dika Alsa